Australia Trip – First Impression

Cerita ini udah lumayan cukup lama.

Januari 2012.

Pertama kali menginjakkan kaki di Melbourne, Australia… Wow. Here I am.

Berpergian ke luar negeri sendiri awalnya bikin saya sedikit deg-degan. Secara saya pergi dengan penerbangan jam 10 malam, dan ini adalah pertama kalinya saya ke luar negeri. Langsung penerbangan yang lumayan lama, 6 jam, dan sendirian pula.

Pas nunggu di boarding lounge rasanya sedih karena bener-bener sendirian. Mama, Papa, dan Kakak yang mengantar hanya bisa mendampingi sampai security check. Akhirnya sampai tiba waktunya boarding, saya SMS-an terus sama Mama karena nggak ada orang lain yang saya kenal. Tapi mengingat tempat baru yang akan saya kunjungi, saya langsung semangat lagi!

Kunjungan saya ke Australia adalah untuk berlibur dan mengunjungi om saya yang tinggal di sana. Om saya ini sudah lama sekali tinggal di Aussie, yaitu semenjak usianya 17 tahun, dan sudah berpindah kewarganegaraan jadi warga Aussie. Berhubung down under lagi musim panas di bulan Desember-Maret, saya iseng main ke sana, hitung-hitung memperlancar ngomong bahasa Inggris. Kedua sepupu saya juga datang karena mau nonton Australian Open, tapi nyusul beberapa hari kemudian, makanya saya berangkat sendiri. Berhubung saya nggak pernah nonton tenis (dan nggak ada duitnya juga), saya nggak ikutan dan punya agenda lain saat mereka nonton di stadium.

Nah balik lagi ke awal perjalanan ke Aussie, sialnya, sampai di pesawat saya nggak bisa tidur. Cuma bisa terlelap kira-kira satu jam. Mau baca malas, mau nonton film apalagi. Akhirnya kerjaan selama sisa 5 jam perjalanan cuma bengong, makan, baca sedikit, bolak-balik kamar mandi, gitu seterusnya.

Sampai di bandara sudah pagi, sekitar jam 8 waktu setempat. Alhamdulillah cuaca cerah dan penerbangannya tepat waktu. Pas keluar dari pesawat, saya bingung harus ngapain (namanya juga ndeso pertama kali ke sini), akhirnya saya ngikutin orang-orang sekalian ngeliatin papan petunjuk ke mana-mananya. Akhirnya saya tiba di bagian imigrasi. Untung masih jam setengah 9 pagi, jadi ngantrenya nggak begitu lama. Setelah itu, saya ke baggage claim, menunggu koper berwarna hijau saya yang walaupun satu tapi beratnya minta ampun itu (berisi pakaian untuk 12 hari, pas pulang, beratnya nambah 2 kali lipat). Setelah itu, saya ke bagian custom, selesai koper dan tas tangan saya di X-ray, urusan pun selesai. Sekarang waktunya keluar melalui pintu terdekat.

“Dilla!”

Saya mendengar suara yang sangat familiar dari sisi kiri dan itu om saya yang menjemput! Akhirnya!

Akhirnya saya bisa bernapas lega setelah menyebrang antarbenua sendirian, dan kami pulang ke rumahnya di daerah suburb Hughesdale, kira-kira 30 km dari bandara.

Biarpun Melbourne kota besar dan ibukota Victoria…. kota ini tergolong sepi dan jarang macet, jarang ada motor, pejalan kaki, apalagi pedagang asongan. Dengan luas yang hampir 10.000 kilometer persegi, penduduk Melbourne ‘hanya’ 4 juta orang, itupun sudah termasuk ke dalam kota dengan penduduk terpadat di negara bagian Victoria dan kedua terpadat se-Australia. Melbourne terletak di daerah pesisir, sehingga punya pelabuhan dan dekat dengan pantai. Dari kota ini juga kita bisa nyebrang ke pulau Tasmania.

Melbourne Victoria Australia

Melbourne Victoria Australia

Melbourne Victoria Australia

Waktu di Melbourne adalah GMT+10, tapi di waktu musim panas bergeser satu jam sehingga perbedaan waktu dengan di Jakarta mencapai 4 jam. Ini lumayan butuh penyesuaian, apalagi karena musim panas yang siangnya lebih panjang. Di waktu pagi, matahari terbit seperti biasa, yaitu sekitar pukul 6, dan tenggelam jam 9 malam. Makanya waktu solat pun bergeser lumayan jauh, maghrib jam 9 dan isya jam setengah 11.

Satu hal yang saya suka adalah tata kota Melbourne yang terbilang sangat rapi. Meskipun kota urban, Melbourne masih banyak banget daerah hijaunya. Sampai di tengah-tengah kota pun bahkan masih banyak taman dan pohon-pohon yang rindang. Di tengah kota ini juga mengalir Yarra River yang dikelola dengan sangat baik. Jangan bandingkan dengan kali Ciliwung di Jakarta! Yarra River ini justru dimanfaatkan sebagai ikon kota yang di sepanjang jalannya berdiri kafe dan restoran mewah dan pedestrian tempat warga dan turis bisa menikmati indahnya sungai. Bahkan para turis bisa menyewa sebuah water taxi untuk menyusuri sungai ini.

Melbourne Victoria Australia

Melbourne Victoria Australia

Salah satu saudara saya pernah bilang begini, “Melbourne is a city for families. They raise their children here.” Dan sepertinya perkataannya itu memang benar karena meskipun kota besar, Melbourne didesain untuk “tempat tinggal”, bukan untuk mengejar karier meskipun di daerah City juga ada pusat perkantoran yang lumayan besar.

Dan inilah first impression saya terhadap Melbourne! Lanjutannya di post berikutnya 😉

5 thoughts on “Australia Trip – First Impression

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s