Masih dalam rangka jalan-jalan ke Singapore, sebenarnya review saya masih ada, cuma karena nunda-nunda terus akhirnya baru kesampean sekarang haha. Mudah-mudahan belum basi yaa. Untuk cerita lainnya bisa baca di Singapore Trip #1-#5. Nah, kali ini saya mau cerita tentang insights yang saya temukan selama di sana dan beberapa tempat yang saya kunjungi yang belum sempat saya ceritakan.
Ini dia taman terbesar yang jadi kebanggaannya Singapore! Terletak di satu area yang sama dengan hotel Marina Bay Sands, Gardens by the Bay luasnya mencapai 101 hektar dan rumah untuk ribuan spesies tumbuhan yang hidup di dalamnya.
Kalau lagi traveling ke tempat baru, saya selalu penasaran sama museumnya. Karena seru aja belajar mengenai tempat tersebut dan mengenal sejarah/masyarakatnya lebih dekat. Waktu saya di Singapore, saya dan Abang mengunjungi National Museum of Singapore yang sangaaattt memesona. Bangunannya dari luar sangat klasik, tapi ternyata galeri di dalamnya sangat modern dan super sophisticated! Kami di sana menghabiskan waktu sekitar 3 jam, to give you heads up seberapa menarik museum ini.
As I mentioned in the previous post, Haji Lane is an artsy, narrow alley where you can find (mostly) boutiques owned and designed by local Singaporean designers. Further than that, you can also find many cafes and restaurants here, which offer a variety of good food, from Western to Middle Eastern cuisines.
Another 2.5 days we stayed in a simple, minimalist hotel Lloyd’s Inn. It is placed among residential areas, but pretty close to Singapore’s most famous (and upscale) area, Orchard, around 500-meter walk from the hotel.
Disclaimer: This is not a paid post, I reviewed the hotel because I enjoyed my stay and hope this post will give reference for anyone who plan their trip to Singapore.
At the end of January, my husband and I went to Singapore to celebrate our half a year anniversary (that sounds cheesy, I know). We have planned this trip for quite a long time ago, but a major loss happened right before the trip. My father-in-law passed away in the first week of January, and it almost cancelled our plan. But we finally decided to give it a go, despite the circumstance.
So in the first two days we stayed in The Sultan Hotel, in Bugis area. This is a beautiful boutique hotel which gives you some nostalgic feelings with its old-style building. The hotel was awarded with Architectural Heritage in 2012.
Disclaimer: This is not a paid post, I reviewed the hotel because I enjoyed my stay and hope this post will give reference for anyone who plan their trip to Singapore.
Cerita dari seri perjalanan ke Melbourne kali ini adalah tentang Australia Day. Beruntung banget saya ke sana waktu lagi musim panas (bulan Januari), lagi musim liburan, dan lagi musimnya event-event seru. Yang jelas adalah event Australian Open. Saya yang bukan penggila tenis aja bahkan sampai ikut-ikutan kebawa euforianya. Dan selain itu, ada juga hari peringatan Australia Day yang jatuh setiap tanggal 26 Januari.
Australia Day ini adalah public holiday-nya orang Aussie dan merupakan National Day mereka. Australia Day adalah hari untuk memperingati kedatangan British Colony dan pengibaran bendera Inggris untuk yang pertama kalinya di tanah Australia.
Ballarat adalah sebuah kota yang terletak nggak jauh dari Melbourne, Australia, bisa ditempuh kira-kira selama 1 jam perjalanan. Memangnya ada apa sih di Ballarat? Ketika saya berkunjung ke sana, saya diajak oleh om saya untuk mengunjungi salah satu outdoor museum terbesar dan terkeren yang pernah saya kunjungi, yaitu Sovereign Hill.
Kedatangan saya di Melbourne bertepatan banget sama event Australian Open di mana hampir seisi sudut kota dihiasi oleh dekorasi berwarna biru dan wajah para pemain tenis internasional.
Sayangnya, saya cuma bisa nonton dari TV saja karena nggak mampu bayar tiketnya haha. Tapi lumayan lah, saya sempet foto-foto di depan stadiumnya waktu nganterin kedua sepupu saya yang mau nonton live. Saya mah numpang foto terus cabut lagi. *jangan sedih*
Di post sebelumnya, saya sempat bilang kalau saya sedikit deg-degan saat mau berangkat sendiri ke Aussie seorang diri. Pertama, nggak ada satupun orang yang saya kenal di bandara maupun di pesawat. Kedua, saya takut nggak ngerti accent Australia. Ketiga, deg-degan juga akan menjadi minoritas di negeri orang karena saya mengenakan jilbab. Hmm, akan seperti apa impresinya ya?
Fadilla Dwianti 