Halo! Saya baru saja kembali dari babymoon bersama suami ke Bali, hihi. Mumpung masih berdua dan mumpung masih kuat jalan-jalan, jadi cus lah kami berangkat. Perjalanan kali ini lebih ‘aman’ dibandingkan perjalanan sebelumnya yang penuh drama, terutama karena mental saya yang lebih siap, dan tentunya kandungan yang lebih kuat. Untuk ibu-ibu hamil di luar sana, sebenarnya sah-sah aja kok mau jalan-jalan saat hamil. Berikut ini saya bagikan tipsnya yaa biar tetap aman dan nyaman selama traveling.
1. Terbang di trimester kedua
Kalau traveling naik pesawat, paling nyaman dan paling aman memang di trimester kedua, meskipun ada juga aja sih yang terbang di trimester pertama (kayak saya dulu) dan trimester ketiga, tapi itu membutuhkan perhatian ekstra. Terbang di trimester kedua memang paling dikatakan aman karena risiko keguguran yang lebih kecil dibandingkan trimester awal dan risiko kontraksi yang kecil pula dibandingkan trimester akhir, di mana bisa berisiko melahirkan secara prematur.
2. Periksa ke dokter kandungan dan minta surat keterangan dokter
Dua hari sebelum berangkat, saya memeriksakan kandungan saya ke dokter kandungan walaupun belum jadwalnya, hanya untuk memastikan kalau saya dan bayinya cukup sehat untuk berpergian. Saya juga menanyakan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan, tapi intinya sih jangan kecapekan aja. Jangan lupa juga untuk minta surat keterangan dari dokter yang menyatakan kalau kita sehat, karena biasanya ini menjadi persyaratan dari maskapai.
3. Lapor maskapai
Sesampainya di bandara, saat check in, jangan lupa lapor maskapai kalau kita sedang hamil. Biasanya sih ibu hamil nggak diizinkan buat online check in, mungkin karena takut nggak lapor lagi. Tapi waktu saya berangkat, saya online check in sih, cuma karena bawa bagasi, jadi saya tetap lapor ke check in counter dan diminta isi formulir. Kebijakan maskapai juga beda-beda. Waktu saya berangkat naik AirAsia, saya nggak diminta nunjukin surat dokter karena kehamilan saya di bawah 27 minggu. Sementara pulangnya, waktu naik Citilink, saya diminta nunjukin surat dokter, dan kebijakan maskapai, surat tersebut cuma berlaku satu minggu (untungnya saya waktu itu periksa dua hari sebelum jalan). Intinya sih penting banget untuk declare ke maskapai kalau kita sedang hamil.
4. Bawa vitamin & medical record
Ini nggak boleh lupa, vitamin harus selalu dibawa. Juga, saya waktu itu bawa medical record. Tentunya nggak ada yang mau terjadi apa-apa selama traveling, tapi tetap harus dibawa, just in case.
5. Travel slow
Waktu berangkat ke Bali, saya sengaja nggak nyiapin itinerary apa-apa, karena sayang aja kalau udah direncanain terus ujung-ujungnya nggak kesampaian karena capek. Dan benar saja, selama di sana, saya memang nggak muluk ke mana-mana. Paling biasanya kami keluar saat pagi atau jam makan siang, sore pulang ke hotel, lalu menjelang sunset paling ke pantai sambil cari dinner. Padahal dulu kalau traveling bisa sampai ke 4 atau 5 tempat sekaligus dalam sehari, sekarang sih tahu diri aja karena badan semakin berat haha.
6. Pilih lokasi liburan yang nyaman
Sewaktu di Bali, saya pilih lokasi liburan di Seminyak. Pertimbangannya karena dekat ke bandara, transportasi gampang, dekat ke pantai, dekat ke tempat makan dan rekreasi juga. Komplit lah pokoknya haha. Menurut saya ini poin penting karena kalau mau ke mana-mana, jadi nggak capek di jalan. Oh iya, kalau jalan-jalan ke luar, pilih tempat-tempat yang nggak ‘risky‘, misalnya banyak undakan atau berbukit-bukit, hindari dulu kegiatan naik sepeda atau berkuda, dan cari lokasi yang bebas asap rokok.
7. Airport security check is harmless
Setelah baca sana-sini, nggak usah ragu kalau harus masuk gerbang detector di bandara, karena itu sama sekali nggak bahaya untuk bayi dalam kandungan. Artikel lengkapnya bisa dicek di sini. Saya malah lebih khawatir kalau harus jalan jauh di bandara. Biasanya sih di T3 Soekarno Hatta ada mobil golf yang mondar-mandir, dan ini membantu banget buat yang lagi hamil, lanjut usia, dan yang bawa anak. Tapi rasanya di terminal lain saya belum menemukannya.