Graduation Road Trip #2 – Semarang City Tour

Awal perjalanan graduation road trip ini dimulai dari Stasiun Senen tujuan Stasiun Semarang Tawang. Saya, Gevin, Icha, dan Fitria berangkat dari Jakarta, sementara teman saya yang satu lagi Riri yang rumahnya di Solo sudah berangkat duluan naik bus dari Solo-Semarang yang cuma berjarak tiga jam. Saya, Gevin, dan Fitria ketemuan di Stasiun UI untuk naik KRL sampai Cikini, terus nyambung taksi sampai Stasiun Pasar Senen. Sementara Icha yang rumahnya di Bintaro nyusul naik ojek dari Stasiun Kemayoran.

Kami kemudian naik kereta bisnis Senja Utama jurusan Senen-Semarang Tawang. Kami berangkat jam 19.45 dan sampai di Semarang sekitar jam 3 subuh. Alhamdulillah, perjalanan kami dilancarkan. Keretanya pun tepat waktu. Oh iya, saya mau ngasih apresiasi sebesar-besarnya untuk PT KAI yang udah bikin industri perkeretaapian Indonesia makin super belakangan ini. Karena perjalanan kami yang menclok sana-sini membutuhkan moda transportasi yang memadai, kereta ekonomi jadi salah satu pilihan kami yang masih (menganggap diri kami) berstatus mahasiswa 😀

Dalam perjalanan ini, in total kami 1x naik kereta bisnis dan 3x naik kereta ekonomi. Dan kereta ekonomi sekarang pun lumayan nyaman karena sudah ber-AC walau tempat duduknya tetep 90 derajat dan nggak bisa recline 😀 Pedagang pun sekarang udah nggak boleh masuk ke kereta jadi kami juga nggak khawatir dan tetap nyaman selama perjalanan. Sekarang juga setiap kereta difasilitasi colokan di setiap bangku *ini penting banget soalnya*. Dan yang paling penting adalah tepat waktu! Saya sempat menghitung keterlambatan kereta yang saya tumpangi dan paling telat kereta berangkat 10 menit dan waktu yang dijadwalkan, dan menurut saya itu masih cukup tolerable. Semoga PT KAI bisa terus mempertahankan pelayanan kereta api seperti sekarang ini 🙂

Balik lagi ke cerita sebelumnya. Setelah tiba di Semarang, kami dijemput oleh Om-nya Riri yang super duper baik mau ngejemput kami pagi-pagi buta di stasiun. Di Semarang ini kami numpang nginep di rumah beliau selama dua hari satu malam. Setelah tidur sebentar sampai pagi, mandi, dan siap-siap, kami pun berangkat untuk mengitari beberapa tempat yang patut dikunjungi selama di Semarang. FYI, selama perjalanan ini kami dianter ke mana-mana naik mobil sama Om-nya Riri yang sangat baik itu.

Soto Ayam Khas Semarang Pak Man – Jalan Tlogosari

sop ayam semarang

Jalan-jalan ke suatu tempat nggak afdol kalau nggak nyobain makanan khasnya. Di Semarang, salah satunya adalah Soto Ayam Khas Semarang. Sebenarnya nggak jauh beda sama rasa soto ayam yang lainnya, tapi rasa soto ayam di tempat makan ini memang enak dan segar banget, apalagi makannya disajikan sama tempe goreng dan sate-satean. Patut dicoba! 🙂

Loenpia Mbak Lien – Jalan Pemuda

Ke Semarang tentunya patut nyobain lumpia! Kami beli lumpia yang paling terkenal di Semarang, yaitu Loenpia Mbak Lien yang sebenarnya punya beberapa cabang, tapi kami belinya di Jalan Pemuda. Lumpia Mbak Lien ini ada yang isi ayam, isi udang, dan isi campur. Isinya padat banget dan ukurannya sangat besar. Makan satu aja udah ngenyangin bangett. Biar nggak salah, Loenpia Mbak Lien ini ada fotonya Mbak Lien di setiap kemasannya yang berwarna kuning, dan ada tulisan “Jangan keliru, ini yang asli!!”

Toko Oen – Jalan Pemuda 52

Letak Toko Oen ini dekat banget sama lokasi Loenpia Mbak Lien di Jalan Pemuda. Cuma terhalang beberapa bangunan dan bisa ditempuh jalan kaki. Pertama masuk Toko Oen, suasananya klasik banget, dengan bangunan khas Belanda yang masih terawat rapi. FYI, toko ini didirikan sudah sejak tahun 1910. Tapi ketika saya masuk ke toko ini, suasananya agak-agak formal. Mungkin karena pas saya datang lagi ada walikota Semarang dan sedang ada jamuan prasmanan suatu acara gitu. Kami datang ke Toko Oen bukan buat makan berat sebenarnya, tapi kami mau nyobain salah satu menu andalan, yaitu es krimnya. Kami memesan dua jenis es krim yang menjadi signature-nya Toko Oen, yaitu Tutti Frutti dan Oen Symphony. Biasa aja sih kata saya mah, tapi lumayan lah bisa memenuhi bucketlist kami selama di Semarang haha.

Lawang Sewu – Jalan Soegiyopranoto

lawang sewu

lawang sewu

lawang sewu

Wisata di Semarang apalagi kalau bukan mengunjungi situs yang terkenal mistis, Lawang Sewu? Lawang Sewu yang artinya pintu seribu didirikan pada tahun 1904 dan dulunya adalah bangunan milik perusahaan kereta api. Makanya di salah satu bagian Lawang Sewu masih ada lonceng yang nandain datangnya kereta. Di Lawang Sewu juga ada sumur yang konon katanya kedalamannya lebih dari 1000 meter dan sampai sekarang airnya masih berlimpah. Katanya juga air dari sumur ini bisa mengobati penyakit dan melancarkan jodoh. Mana amin-nya? 🙂 Sayangnya, saat saya datang, situs ini lagi dipugar, jadi tur bawah tanahnya ditutup. Padahal dari sebelum berangkat saya dan teman-teman sudah excited (meskipun waswas) buat nyobain tur bawah tanahnya yang terkenal memacu detak jantung karena saking horornya.

Di Lawang Sewu juga kami banyak belajar tentang sejarah. Kami mampir ke seluruh bagian yang nggak ditutup atau dipugar, salah satunya adalah parit tempat pembuangan mayat dan penjara yang dulu digunakan Jepang untuk menawan 15-20 orang, padahal penjara tersebut super sempit, nggak ada ukurannya 3×3 meter 😦

Oh iya, saya juga punya pengalaman spooky saat di Lawang Sewu. Saat saya lagi foto-foto bangunannya, nggak sengaja muncul face tag, padahal yang saya foto bangunan doang, nggak ada orang sama sekali. Sebel, kan 😦 Semenjak saat itu, fitur face tag saya nonaktifkan.

Kuil Sam Poo Kong – Jalan Simongan

kuil sam poo kong

kuil sam poo kong

kuil sam poo kong

Setelah Lawang Sewu, kami mengunjungi kuil Sam Poo Kong! Kuil yang terletak di area yang sangat luas ini benar-benar bikin saya merasa lagi nggak di Indonesia. Bangunannya sangat terawat dan tiket masuknya pun sangat murah, yaitu hanya 3.000 saja. Lucunya, kuil ini juga menyediakan mushola bagi pengunjung yang mau salat. Toleransi itu indah, ya?

Nggak banyak yang bisa dilakukan di kuil ini sih selain foto-foto, jadi satu jam mengunjungi aja udah cukup kok, apalagi suasana hari itu panas dan terik banget. Jadi siapkan minuman segar yang cukup ya 🙂

GPIB Immanuel a.k.a Gereja Blenduk – Jalan Letjen Suprapto 32

gereja blenduk

gereja blenduk

Nama sebenarnya gereja ini adalah GPIB Immanuel, gereja Kristen tertua di Jawa Tengah. Tapi karena bangunan atapnya yang bundar atau dalam bahasa Jawa istilahnya ‘blenduk’, gereja ini terkenal dengan nama Gereja Blenduk. Kami cuma foto-foto di bagian luarnya saja karena kayaknya hari itu memang lagi nggak dibuka. Kalau mau tahu seberapa tua gereja ini, Gereja Blenduk sudah berdiri semenjak tahun 1753!

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

masjid agung jawa tengah

masjid agung jawa tengah

Sebelum pulang, kami sempetin mampir untuk salat di Masjid Agung Jawa Tengah. Menurut Om-nya Riri, tipe bangunan ini mirip-mirip Masjid Nabawi di Madinah, terutama karena ada payung di pelataran terasnya. Sayangnya pas kami ke sana payungnya lagi nggak dibuka. Katanya sih dibukanya kalau pas lagi ada salat berjamaah aja. Dan karena nggak dibuka payungnya, keramik di teras ini super panas karena menyerap panas matahari. Kami harus sampai jinjit dan lari-larian saat berdiri di atasnya. Tapi kerennya, keramik di teras ini memantulkan bentuk bangunan masjidnya as it is. Di salah satu bagian MAJT juga ada menara yang katanya sebenarnya bisa dimasuki, tapi lagi-lagi sayang hari itu lagi nggak dibuka. Jadi kami hanya puas menikmati panasnya lantai 😀

Setelah capek berputar-putar seharian, kami pun kembali pulang ke rumah Om-nya Riri, menikmati Loenpia Mbak Lien yang dibeli dan juga makan Mie Jawa yang dibeli di abang-abang yang keliling. Bagi yang nggak tahu Mie Jawa, mie ini langsung dimasak pakai tungku arang. Jadi instead of bawa-bawa tabung gas LPJ 3 kg, abang Mie Jawa ini keliling bawa tungku arang 🙂

OK, I’ll see you in the next posts!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s